Jumat, 03 Agustus 2012

TELADAN KEPEMIMPINAN VISIONER TUHAN YESUS;



TELADAN KEPEMIMPINAN VISIONER TUHAN YESUS

TELADAN KEPEMIMPINAN VISIONER TUHAN YESUS;
Jawaban Terhadap Krisis Kepemimpinan dalam Tubuh Gereja


Topik tentang kepemimpinan sangat menarik untuk diperbincangkan. Menarik untuk diperbincangkan karena tindakan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain merupakan bagian dari kepemimpinan itu sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang tanpa sadar atau dengan sadar ketika membangun relasi dengan orang lain selalu menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan.
Dewasa ini banyak orang memperbin-cangkan topik tentang kepemimpinan dan animonya sangat tinggi. Salah satu buktinya adalah di toko buku banyak beredar buku Kepemimpinan dan laris terjual. Namun, jauh sebelum orang-orang ramai membicarakannya, Tuhan Yesus telah lebih dahulu menginspirasikannya dalam Injil. Di bawah ini saya menguraikan sebuah visi yang diungkapkan oleh Tuhan Yesus dan secara persuasif mengajak murid-murid untuk melakukannya. Ini terungkap dalam Injil Matius 28:19-20 untuk memahami Kepemimpinan Visioner demi memperlengkapi seorang pemimpin Kristen mengelola pelayanan lebih maksimal.



Pengertian Kepemimpinan Visioner
Samuel Tirtamiharja menyatakan sebagai berikut:
Kepemimpinan adalah suatu proses untuk membujuk atau memberi contoh dimana seorang pribadi (pemimpin tim) termasuk sebuah grup mengejar tujuan yang dipegang oleh seorang pemimpin atau dibagikan antara pemimpin.[1][1]
Hal ini menjelaskan bahwa kepemimpinan bukanlah suatu kedudukan atau posisi melainkan sebuah tanggung jawab yang harus diemban. Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah bertanggung jawab untuk membujuk orang lain melalui teladannya demi pencapaian sebuah tujuan. Dengan kata lain Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memajukan sebuah organisasi atau lembaga yang sedang dipimpinnya.
Sedangkan kata Visioner berasal dari kata Visi yang dalam KBBI artinya “Pandangan atau wawasan ke depan atau kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak nampak melalui ketajaman penglihatan”.[2][2] Dengan kata lain visi adalah kemampuan melihat lebih dari keadaan normal atau bisa juga dikatakan bahwa visi adalah kemampuan imajinasi seseorang untuk melihat serta memahami sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Yakob Tomatala dalam bukunya Anda Juga Bisa Menjadi Pemimpin Visioner mengartikan visi sebagai berikut:
Visi adalah kemampuan untuk melihat keinginan suci yang ditulis oleh Sang Pencipta di dalam batin (guna menjawab kebutuhan) yang berkaitan erat dengan pemenuhan hidup seseorang atau setiap individu bagi diri maupun organisasi yang dipimpinnya.[3][3]

Apa yang dinyatakan di atas menunjukkan bahwa Allah sebagai sumber dan pemberi visi yang dilakukan dengan menuliskannya di dalam batin seseorang.[4][4] Seorang pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinan diharapkan memiliki kemampuan lebih untuk menggerakkan organisasi atau lembaga yang sedang dipimpinnya. Kemampuan lebih yang dimaksud diperolehnya dari Allah yang memberikan inspirasi untuk menggerakkan organisasi atau lembaga tersebut sesuai kehendak Allah.
Dari dua pengertian yang sudah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan Visioner adalah kemampuan khusus yang diberikan oleh Allah di dalam batinnya seorang pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga yang dipimpinnya guna menjawab kebutuhan yang berkaitan erat dengan dirinya maupun organisasi atau lembaga yang dipimpinnya. Dengan kata lain Kepemimpinan Visioner adalah paradigma kepemimpinan yang bertolak dari ketergantungan pemimpin menjalankan tugas kepemimpinan kepada Allah yang mempunyai kepentingan pelayanan di muka bumi ini. Seorang pemimpin selalu peka terhadap otoritas kepemimpinan Allah dalam hidupnya dan menjalankan kepemimpinan sesuai dengan apa yang telah diinspirasikan oleh Allah kepadanya.

Pengaruh Sebuah Visi bagi Kelangsungan Kepemimpinan
Bill Newman mengatakan bahwa “Visi adalah seperti api unggun di perkemahan, dimana orang-orang akan berkumpul mengelilinginya, karena di sana ada cahaya, energi, kehangatan dan kebersamaan”.[5][5] Seorang pemimpin yang memiliki visi seperti yang telah digambarkan terlebih dahulu memiliki pengaruh seperti magnet yang menarik perhatian orang yang sedang dipimpinnya. Dengan kata lain tanpa visi, fungsi kepemimpinan akan terhambat. Karena itu, Tomatala mempertegasnya dengan mengatakan bahwa “Visi dapat dibagi, sehingga menjadi milik semua orang. Visi dapat dihayati oleh semua orang, dan visi juga dapat memberi manfaat bagi banyak orang.”[6][6] Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Kepemimpinan Visioner menggerakkan orang kepada sebuah fokus yang tajam demi peningkatan kualitas pelayanan dari sebuah organisasi atau lembaga.

Kajian Biblikal Terhadap Matius 28:18-20 dalam Prespetif Kepemiminan Visioner
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgmryM4OjKI4u6T-6U3DMnCVljuDUPfCYB6RqdZpURUhQCUGexu9XQpDpdlqwneXTge48EuXf4RqvyAirs5NznK9DmunTYnzQvjjwkDMwvwnT3sXGCM4DC6t-irBYQzXK_kHSzbvtJ1BXR/s1600/600px-World_Map_1689.jpg
Kajian biblikal yang dimaksudkan dalam bagian ini hanyalah sebuah kajian yang mengarah kepada topik yang sedang dibahas sebagai berikut:
1.      Analisis Teks dan Konteks
Yang dimaksudkan dengan konteks menurut Yakob Tomatala adalah “Suatu kesatuan atau kumpulan kalimat di mana di dalamnya terdapat teks”.[7][7] Pengertian ini menunjukkan bahwa setiap teks dapat dimengerti kalau tidak dipisahkan dengan konteksnya. Tomatala memperjelas dengan menyatakan bahwa “Penggunaan istilah konteks juga menjelaskan tentang sejarah suatu situasi”.[8][8] Dengan demikian untuk pemahaman yang lebih jelas penggunaan istilah konteks haruslah ditempatkan pada arti yang tepat untuk menjelaskan sesuatu secara tepat.
Matius 28:18-20 memiliki hubungan yang erat dengan ayat 16 dan 17 dalam perikop “Perintah untuk Memberitakan Injil”. Peristiwa ini terjadi di sebuah bukit dekat Betania (Matius 28:16; Lukas 24:50) setelah 40 hari kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian. Teks ini juga merupakan bagian terakhir Injil Matius yang secara keseluruhan ditulis kepada masyarakat Yahudi. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat Yahudi bahwa Yesus adalah Mesias (Raja yang diurapi) yang datang untuk menggenapi Kitab Taurat dan nubuat para Nabi. Maksud kedatangan Tuhan Yesus dicatat oleh Matius dalam Matius 4:23-26 yaitu memberitakan Injil Kerajaan Allah. Sepanjang pelayanan-Nya di bumi Ia menunjukkan konsistenan-Nya untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Dalam Matius 28:18-20, Tuhan Yesus menyampaikan pesan kepada murid-murid-Nya untuk melanjutkan tugas pemberitaan Injil tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang pemimpin yang dalam menjalankan kepemimpinan-Nya, Ia mempunyai visi yang jelas. Visi ini yang mengarahkan-Nya dalam pelayanan secara konsisten bahkan Ia membagikan visi ini kepada murid-murid-Nya untuk melanjutkan setelah kepergian-Nya.
Catatan Lukas dalam Kitab Kisah Para Rasul 1:3 “Kepada mereka Ia menunjukkan diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia menunjukkan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang menampakan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” Hal ini menunjukan bahwa Tuhan Yesus menganggap penting Injil disebarluaskan. Lukas mengulangi catatan tersebut dalam Kisah Para Rasul 1:8.
2.      Analisis Sastra
Dalam bagian ini perhatian ditujukan secara khusus kepada pernyataan Tuhan Yesus dalam Matius 28:18-20 “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah segala bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” Ada beberapa kata yang dipaparkan yaitu:
3.      Kuasa
Yesus memulainya dengan memproklamasikan diri-Nya sebagai pemegang kekuasaan baik di sorga maupun di bumi. Tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi dari kekuasaan yang dimiliki Tuhan Yesus. Hal ini juga menunjukkan bahwa kekuasaan atau otoritas yang dimiliki Tuhan Yesus memberikan wewenang untuk menjalankan sebuah Visi yaitu visi Pemberitaan Injil.
a.       Jadikanlah Semua Bangsa Murid-Ku
Budi Asali menulis sebuah artikel dalam situs Internet untuk menjelaskan Matius 28:19-20 sebagai berikut:
Dalam bahasa Yunaninya, ‘jadikan murid’ adalah satu-satunya kata perintah dalam bagian ini. Sedangkan kata-kata ‘pergilah’, ‘baptislah’, dan ‘ajarlah’ merupakan participles (kalau diterje­mahkan ke bahasa Inggris menjadi ‘kata kerja + ing’, yaitu: going, baptizing, teaching).[9][9]

Ini menunjukkan bahwa penekanan utama dari bagian ini adalah ‘menjadikan murid Yesus’. Sedangkan ‘pergi’, ‘membaptis’ dan ‘mengajar’ adalah hal-hal yang harus dilakukan untuk bisa menjadikan murid.
b.      Pergilah
Kata pergilah merupakan kata perintah yang secara imlisit menuntut ketaatan seseorang kepada yang sedang memberikan perintah. Salah satu tugas seorang Pemimpin adalah memberikan instruksi kepada orang yang sedang dipimpinnya. Kata pergi juga menunjukkan bahwa seseorang tidak hanya menunggu sampai orang akan datang. Kata pergi merupakan perintah untuk beranjak dari tempat menuju kepada sebuah objek atau tindakan seseorang untuk mencari.
c.       Baptislah
Yakob Tomatala menjelaskan kata baptis sebagai “Proses menggerejakan orang yang baru percaya ke dalam jemaat, dengan tindakan inisiasi pembaptisan sebagai kesaksian kepada dunia tentang keselamatan … yang telah dialami oleh orang percaya dimaksud”.[10][10] Apa yang telah dinyatakan oleh Tomatala dalam kutipan di atas menunjukkan bahwa untuk menggabungkan orang ke dalam persekutuan dilakukan melalui baptisan. Salah satu aspek dari kepemimpinan adalah bisa mempengaruhi orang lain.
d.      Ajarlah
Kata ini merupakan kata perintah untuk mentransfer sesuatu yang berasal dari pikiran kepada orang dengan suatu tujuan tertentu. Dalam Matius 28:18-20, kata ini merupakan kata perintah pasif. Sekalipun demikian kata ini memiliki peranan yang besar untuk menggerakan murid-murid Yesus untuk mengerjakan perintah memberitakan Injil.
e.       Menyertai kamu senantiasa
Pernyataan Tuhan  Yesus dalam Matius 28:18-20 merupakan pernyataan seorang pemimpin yang sebagai mentor untuk bertanggung jawab kepada mereka yang sedang dipimpin untuk efektifnya sebuah kegiatan.


Implementasi Kepemimpinan Visioner dalam  Sebuah Lembaga Kristen
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYgTaJSUjd8MzpRMPhtYYMlvlVKBgtsfSkoXiaaF2sjPGi8LV470L2Glx2lcwIpc3-7hDCbmwBIPKHkucCNV8gJOFhyphenhyphenAKLb3lDaKNn6SqqQ7MffdoclG5hRL9OBo1ataUjBlJo1aFcifp1/s320/gty_planet_earth_jt_120331_wblog.jpg
Cakupan kepemimpinan dalam sebuah lembaga Kristen sangat luas berkaitan dengan berbagai aspek. Berikut adalah pemaparan kepemimpinan visoner dalam praksis pelayanan untuk memberi jawaban dalam mempersipkan orang Kristen menjalankan tanggung jawab sebagai murid Kristus yaitu antara lain:
1.      Pemimpin sebagai Misionaris
Tuhan Yesus menyatakan dalam Yohanes 20:21b “Seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu”.  Pernyataan ini membuktikan bahwa Tuhan Yesus adalah seorang Misionaris yang Misioner (Utusan yang mengutus). Pernyataan itu juga memberikan teladan bahwa Tuhan Yesus menginginkan tugas pemberitaan Injil terus dilakukan secara berkesinambungan. Karena itu, seorang Pemimpin dituntut sebagai seorang misionaris yang dalam menjalankan tugasnya mengutamakan pemberitaan Injil.
Pemimpin dalam lingkup gerejawi bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan dalam gereja tersebut. Sebagai Pemimpin jemaat, seorang Pendeta mempunyai tugas untuk menggerakkan seluruh komponen dalam gereja (Pengerja, Majelis Jemaat, seluruh Jemaat) untuk menjalankan visi pemberitaan Injil disamping tugas-tugas yang lain. Young G. Chai menulis dalam bukunya Jemaat Rumah; Penggembalaan Bersama dengan Orang Awam sebagai berikut:
Semangat Penginjilan yang berkobar-kobar bukan berarti Pendeta harus menjadi orang yang mengedarkan traktat penginjilan kepada semua orang. Bukan berarti dia juga harus mendorong orang-orang supaya datang ke gereja dengan cara kunjungan ke setiap rumah. Memang hal seperti ini bisa menjadi pernyataan bahwa dia mempunyai semangat penginjilan. Tetapi bukan hanya itu saja yang merupakan semangat penginjilan.[11][11]

Apa yang dinyatakan Chai pada kutipan di atas menunjukkan bahwa pemimpin jemaat tidak secara langsung menangani semua kegiatan pemberitaan Injil tetapi memberikan wewenang kepada jemaat untuk menjalankannya. Chai mempertegas dengan menyatakan bahwa “Saya sendiri menggembalakan dengan tujuan menyelamatkan jiwa. Saya menekankan pentingnya penginjilan kepada jemaat secara terus menerus.”[12][12] Hal ini menunjukkan bahwa seorang Pemimpin disamping sebagai seorang pemberita Injil juga menggerakkan orang lain untuk melakukannya sehingga efektif dan melibatkan banyak orang dalam pelaksanaannya.
2.      Pemimpin sebagai Pengajar
Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah menuntun orang yang dipimpinnya untuk dapat mengerjakan sesuatu secara efektif. Tugas ini dapat dilakukan dengan efektif melalui pengajaran. Dengan mengajar seorang pemimpin dapat mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada mereka yang sedang dipimpin. Dengan demikian fungsi pengajaran dalam lingkup pelayanan diperhatikan oleh seorang pemimpin.
3.      Pemimpin sebagai Mentor
Dalam lingkup pelayanan, pemimpin sebagai mentor sangat dibutuhkan. Efektifnya sebuah pengajaran sangat ditentukan dari bimbingan seorang pemimpin kepada mereka yang sedang dipimpinnya. Pengaruh mentor bagi orang yang sedang dimentoring sangat kuat. Seorang pemimpin bertanggung jawab atas karakter orang yang sedang dipimpinnya karena tugas pemimpin sebagai pembimbing.
John Maxwell meyatakan bahwa “Tidak ada orang yang menjadi pemimpin hebat yang ingin melakukan segalanya sendirian atau meraih semua pujian karena telah melakukannya.”[13][13] Pernyataan ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Yakob Tomatala bahwa “Keberhasilan pemimpin dinilai dari keberhasilan orang-orang yang dipimpinnya, termasuk kemajuan, perkembangan, atau pertumbuhan mereka di bawah kepemimpinannya.”[14][14] Kedua pernyataan di atas menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah dibangun di atas otoritas tetapi di bangun di atas hubungan pemimpin dan orang yang sedang dipimpin. Dengan demikian mentoring sangat efektif dalam membangun hubungan yang dimaksud.
4.      Pemimpin sebagai Multiplikator
Seorang pemimpin memiliki kemampuan lebih untuk dapat membimbing orang yang dipimpinnya dapat mengerjakan apa yang merupakan tanggung jawabnya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada orang yang sedang dipimpin untuk mengembangkan kemampuannya. Samuel H. Tirtamihardja menyatakan bahwa “Oraganisasi akan bertumbuh sesuai pertumbuhan kemampuan pemimpinnya dan tidak dapat melampaui batas kemampuan pemimpin.”[15][15] Hal ini menunjukkan bahwa pelipatgandaan atau multiplikasi sangat ditentukan dari kemampuan pemimpin tersebut untuk dapat mengembangkan diri dan mengembangkan orang yang sedang dipimpinnya.  Jadi, pemimpin yang bijaksana akan menolong pemimpin yang lain untuk berkembang dengan sebuah paradigma menjalankan visi yang telah dikomunikasikan dari awal.

Kiranya tulisan ini bermanfaat bagi siapa saya yang rindu untuk melayani dengan kemampuan maksimal (mengembangkan diri dan taat menjalankan apa yang telah dimandatkan kepadanya di atas pundaknya).

Salam dan doa,

Apri Laiskodat

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar