PELAYANAN HOLISTIK;
Mempersiapkan Jemaat
yang Misioner
Apa itu Pelayanan Holistik?
Robert C. Anderson
mendefinisikan kata ‘pelayanan’ sebagai “Seseorang yang bertanggung jawab
mengelola aset dari rumah yang diaturnya agar sesuatu berjalan secara baik dan
teratur”. Karena itu kita dapat katakan bahwa pelayanan merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang untuk menolong orang lain dalam memenuhi kebutuhan
orang tersebut. Kegiatan ‘pelayanan’ ini berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
orang lain dengan bertanggung jawab. Sedangkan kata ‘holistik’ dalam KBBI
berarti berhubungan dengan sistem keseluruhan sebagai satu kesatuan lebih dari
pada sekedar kumpulan dari bagian-bagian. Gary T. Hipp menyatakan bahwa
‘holistik’ artinya “Perpaduan antara kehidupan lahir batin yang seimbang dengan
memadukan ‘kaidah kencana’ mengacu kepada pengembangan masyarakat dan Amanat
Agung Yesus Kristus”. Karena itu, “Pelayanan Holistik” artinya pelayanan yang
dilakukan secara utuh, yakni pemberitaan Injil yang dapat menjawab kebutuhan
manusia secara jasmani dan rohani.
Berbicara tentang
kebutuhan jasmani artinya hal-hal yang bersifat lahiriah atau kebutuhan dasar
manusia sedangkan kebutuhan rohani adalah hal-hal yang bersifat batiniah
seseorang. Kalau kita memperhatikan dengan seksama bagian-bagian Alkitab maka
kita dapat menemukan bahwa Firman Tuhan menghendaki agar umat Tuhan dapat
membangun hubungan yang seimbang yakni antara Allah (hubungan vertikal) dan
sesama (horizontal). Sehingga implikasi
praktis dari kehidupan rohani yang baik adalah peduli terhadap sesamanya yang
dapat ditunjukkan melalui tindakan kasih atau menjawab kebutuhan secara
jasmaniah orang-orang yang berada di sekitar kita. Ini dapat kita ketahui
melalui 10 Hukum Musa. Hukum-hukum itu dibagi dalam dua bagian yaitu hukum 1-4
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah dan hukum 5-10 mengatur hubungan
manusia dengan sesamanya. Dalam pelayanan Tuhan Yesus kita juga menemukan bahwa
Tuhan Yesus memberikan teladan kepada pengikut-Nya. Hal yang pertama yang IA lakukan
adalah selalu berhubugnan dengan Bapa-Nya tetapi di sisi yang lain kehidupan
Yesus sangat solider dengan orang-orang yang berada di sekitanya, salah satunya
adalah dengan memenuhi kebutuhan mereka secara jasmani. Dengan demikian maka,
‘Pelayanan Holistik’ adalah pelayanan yang diinspirasikan oleh Alkitab dan
semestinya kita melakukan pelayanan ini dengan giat sebagai tindakan ketaatan
kita kepada Allah.
Apa yang Kita lakukan sebagai orang Percaya?
Ada banyak hal yang
ditunjukan dalam Alkitab sebagai pedoman hidup bagi orang yang percaya kepada
Yesus. Misalnya; PL mengatur tatanan hidup dengan hukum-hukum, kemudian PL juga
mencatat kesaksian-kesaksian mengenai hidup umat yang diatur oleh hukum-hukum tersebut.
Kita dapat melihat bahwa mereka yang taat kepada hukum-hukum itu mendapat
berkat dan sebaliknya yang tidak mentaatinya mendapat ganjaran berdasarkan
aturan dalam hukum-hukum tersebut. Karena itu sepatutnyalah kita sebagai orang
percaya hidup menurut hukum-hukum dalam Alkitab.
Injil mencatat
pelayanan Tuhan Yesus yang memberikan teladan bagi kita sebagai orang percaya
(murid-murid Kristus). Untuk mengungkapkan teladan apa saja yang diberikan
Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya di sini mungkin terlalu panjang tetapi saya
hanya ingin menyoroti kehidupan Tuhan Yesus yang seimbang antara hubungan
kepada Bapa dan solidaritas-Nya terhadap orang-orang disekitar-Nya. Kehidupan
Tuhan Yesus yang demikian itu yang disebut dengan ‘Holistik’.
Dunia pelayanan dewasa
ini memang membutuhkan kreatif-inovatif dari seorang pelayan. Kreatif-inovatif
yang dimaksudkan bukan mengubah esensi dari pelayanan itu tetapi menawarkan
sesuatu yang dikemas dalam pola yang baru. Saya sering sekali mendengar khotbah
tentang persembahan. Khotbah ini disampaikan dengan harapan agar jemaat dengan
sukarela menopang pelayanan dengan memberi persembahan. Secara alkitabiah,
pelayanan dalam gereja merupakan tanggung jawab semua anggota jemaat termasuk
mendanai pelayanan dimaksud. Seorang pelayan Tuhan yang kreatif-inovatif tidak
saja menyampaikan khotbah tentang memberi atau khotbah tentang persembahan
persepuluhan tetapi mencarikan solusi agar jemaat mendapat kehidupan yang layak
dalam pengertian memiliki penghasilan. Jemaat yang dewasa imannya akan
bertanggung jawab atas semua pelayanan dalam gereja termasuk mencari solusi
agar keuangan gereja dapat mencukupi semua kegiatan pelayanan dalam gereja
tersebut. Saya mengutip satu paragraf
dari MASTER PLAN PELAYANAN saya:
“Sumber
daya yang paling berpotensi untuk dikelola adalah jemaat, karena jemaatlah yang
membantu pelayanan kita. Mereka yang membantu pelayanan berhak untuk mendapat
penghidupan yang layak. Jemaat bukan dijadikan sebagai objek pelayanan tetapi
juga menjadi rekan sekerja. Ada di antara jemaat yang membutuhkan pekerjaan
untuk menghasilkan uang bagi kelangsungan hidupnya merupakan peluang bagi kita
untuk menyediakan pekerjaan yang layak, disamping untuk kebutuhan hidupnya
tetapi juga untuk menunjang pelayanan. Jemaat-jemaat yang memiliki pekerjaan
tetap berkewajiban unuk menyokong pelayanan dengan penghasilannya tetapi mereka
yang tidak mempunyai pekerjaan bisa direkrut mengelola usaha-usaha dari
gereja.”
Seorang Pelayan Tuhan tidak saja menyampaikan hal-hal yang vertikalistis (membangun hubungan dengan
Allah) tetapi juga memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan jasmaniah
yang dihadapi jemaat (horisontalistis).
Jemaat juga tidak saja hanya dipakai sebagai alat (instrument) dalam mencukupi kebutuhan pelayanan tetapi diajak untuk
mengambil bagian dalam pelayanan sesuai talenta masing-masing. Sebab, tugas
pemberitaan Injil adalah tugas semua orang percaya tanpa terkecuali.
Strategi Pelayanan Holistik
Pada umumnya kalau
kita berbicara soal pelayanan maka orientasi berpikir kita adalah membangun
hubungan dengan Tuhan atau mengajak orang melalui Firman Tuhan untuk hidup
lebih dekat kepada Tuhan. Kalau kita berbicara tentang ‘Pelayanan Holistik’
maka orientasi kita tidak saja membangun hubungan dengan Tuhan atau mengajak
orang untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan tetapi orientasi berpikir juga
mengarah kepada pemenuhan kebutuhan secara jasmani. Dengan demikian kita tidak
saja membangun hubungan dengan Tuhan tetapi kita juga berpikir tentang
kesejahteraan secara jasmani atau pemenuhan kebutuhan jasmani juga tercukupkan
baik pelayan itu maupun orang yang sedang dilayani.
Pemikiran strategis
untuk ‘Pelayanan Holistik’ mengarah kepada pemberdayaan ekonomi jemaat.
Pemikiran ini bervariasi, terletak pada masing-masing sumber daya yang tersedia.
Artinya tidak semua tempat memiliki strategi yang sama. Di bawah ini saya
mengungkapkan ide strategis yang secara umum dapat mengakomodasikan jemaat
menuju ekonomi mandiri yaitu:
1.
Gereja menyediakan sumber daya untuk dapat dikelola oleh
jemaat sendiri. Sumber daya yang dimaksud disesuaikan dengan keadaan setempat.
2.
Gereja melatih tenaga untuk dapat mengelola sumber daya
tersebut. Prioritas dari pelatihan adalah untuk penjangkauan jiwa-jiwa
(menolong jiwa-jiwa dalam hubungan vertikal dengan Tuhan). Tenaga-tenaga
tersebut juga trampil mengelola sumber daya yang dimiliki oleh gereja. Hal ini
dimaksudkan untuk gereja memiliki dana sendiri dalam kegiatan penginjilan dan
penginjilan yang dikerjakan juga menjangkau aspek rohani dan juga aspek jasmani
dari jiwa-jiwa tersebut.
3.
Profit dari setiap usaha dapat dikelola oleh departemen
khusus yang juga memiliki paradigma penjangkauan secara holistik. Hal ini
dimaksudkan untuk regenerasi visi penjangkauan.
Sulit memang
pemikiran ini dapat diterapkan dalam pelayanan dan kemungkinan juga mengalami
tantangan. Ini merupakan hal yang wajar, sebab untuk memulai sesuatu yang baru
apa lagi orang tidak terbiasa dengan sistem pelayanan seperti ini pastilah
mengalami kendala. Tetapi tidak salah kalau mencoba. Hal yang penting untuk
diperhatikan adalah pemberitaan Injil
membutuhkan dana dan terkadang orang tidak mau melakukannya karena kekurangan
dana tersebut. Pada hal pemberitaan Injil adalah perintah yang wajib (Mat.
28:19-20, I Kor. 9:16). Dalam Injil Mat. 28:11-15, mencatat tentang keseriusan
orang tertentu untuk membayar sejumlah uang dan bertindak melalui politik untuk
menyebarkan berita bohong (Yesus tidak bangkit tetapi mayat-Nya dicuri oleh
murid-murid). Kalau orang Kristen tidak melakukan sesuatu untuk memberitakan
berita yang benar maka kita bisa pastikan bahwa dunia ini akan muncul segala
berita bohong tentang fakta Injil. Karena itu, semestinya kita sebagai orang
percaya harus berpikir secara serius untuk mencari berbagai terobosan agar
pemberitaan Injil tidak terhambat oleh karena alasan butuh banyak biaya dan
kita tidak memiliki dana yang cukup.
Kiranya tulisan ini
memberikan inspirasi dalam mengembangkan pelayanan lebih baik lagi.
Salam dan doa,
Apri Laiskodat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar