Jumat, 03 Agustus 2012

Artikel Kristen


Hidup untuk sebuah pekerjaan
Bacaan: Amsal 31:10-31
…berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu - Kejadian 2:2
Seorang anak bertanya pada ibunya, “Ma, kenapa mama tidak mau bermain bersamaku?”, “Karena mama tidak punya waktu” jawab ibu anak tersebut. Dialog pun berlanjut. “Mengapa mama tidak punya cukup waktu?”, “Karena mama harus kerja”. “Kenapa mama harus kerja?”, “Agar mama mendapat uang”, “Mengapa mama ingin mendapat uang?”, “Agar bisa memberi kamu makan”. Si anak terdiam sejenak. Kemudian ia berkata lagi, “Mama, saya tidak lapar,” *(Willi Hoffsuemmer).
Dialog seperti itu mungkin pernah kita temui di kehidupan sehari-hari. Anak kita ingin supaya kita bisa menjadi teman mainnya dan memberikan sebagian waktu kita untuknya. Namun terkadang pekerjaan di kantor sudah menunggu untuk segera dikerjakan. Alhasil anak kita hanya mendapatkan kekecewaan dan bukan waktu kita untuknya.
Hidup memang harus bekerja, namun hidup bukanlah untuk pekerjaan saja. Artinya, kita juga harus pandai dan bijak mengatur waktu untuk anak dan keluarga. Jangan pernah beranggapan bahwa keluarga akan berterima kasih karena kita telah memberikan banyak kecukupan dalam materi dan finansial. Justru saat mereka terbiasa hidup tanpa kedekatan dengan kita, itu adalah hal yang akan berdampak buruk bagi perjalanan sebuah keluarga.
Sekarang saatnya mengganti cara pandang kita terhadap pekerjaan dan keluarga. Pekerjaan memang penting karena menyangkut kebutuhan keluarga. Tetapi jangan sampai kebahagiaan keluarga yang tentunya adalah satu tujuan kita bekerja justru dikorbankan demi pekerjaan itu sendiri. Aturlah waktu untuk mengajak keluarga berlibur atau minimal tiap hari luangkan waktu untuk berbincang soal aktivitas yang dilalui sehari ini. Jadilah orang yang tidak hanya disukai dan berprestasi di tempat kerja, tetapi juga di keluarga. Ingat, kehadiran Anda di tengah keluarga menentukan seberapa besar respon keluarga pada Anda. Tempatkan posisi Anda di tengah keluarga, seperti Allah telah menempatkan Anda di sebuah keluarga yang menunggu perhatian dan kasih sayang Anda.
Keluarga lebih membutuhkan kehadiran kita, melebihi banyaknya uang yang kita beri.
Berani Melepaskan
Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang bus. Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Lalu pintu tertutup dan bus mulai bergerak, sehingga ia tidak bisa memungut sepatu yang terlepas tadi. Lalu si bapak tua itu dengan tenang melepas sepatunya yang sebelah dan melemparkannya keluar jendela.
Seorang pemuda yang duduk dalam bus melihat kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua, “Aku memperhatikan apa yang Anda lakukan Pak.
Mengapa Anda melempakan sepatu Anda yang sebelah juga ?” Si bapak tua menjawab, “Supaya siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.”
***
Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi dasar dalam hidup jangan mempertahankan sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya.
Kita kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup. Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil dan merisaukan,tapi itu terjadi supaya ada perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita.
Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga kehilangan hal baik.
Ini semua dapat diartikan : supaya kita bisa menjadi dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu haruslah terjadi.
Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan bahwa memang itulah saatnya si bapak tua kehilangan sepatunya. Mungkin saja peristiwa itu terjadi supaya si bapak tua nantinya bisa mendapatkan sepasang sepatu yang lebih baik.
Satu sepatu hilang. Dan sepatu yang tinggal sebelah tidak akan banyak bernilai bagi si bapak. Tapi dengan melemparkannya ke luar jendela,sepatu itu akan menjadi hadiah yang berharga bagi gelandangan yang membutuhkan.
Berkeras mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal atau seseorang masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita lebih baik bersama yang lain.
Pada saatnya, kita harus mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya.
Filed in: Artikel Kristen
Berfikir seperti Kristus
1 Korintus 2:16 “Sebab: ‘Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia?’ Tetapi kami memiliki pikiran Kristus.”
Ayat ini membuat banyak orang bertanya-tanya.Jika ini bukan pernyataan dari Alkitab, mereka tidak akan percaya.
Karena, kebanyakan orang menggeleng-gelengkan kepala mereka dan bertanya, “Bagaimana ini bisa terjadi?”
Paulus tidak mengatakan bahwa kita sempurna atau bahwa kita tidak akan pernah gagal. Dia memberitahu kita, sebagai orang percaya dalam Yesus, Anak Allah, kita diberi pikiran Kristus. Artinya, kita bisa memiliki pikiran rohani karena Kristus hidup di dalam diri kita. Kita tidak lagi berpikir dengan cara yang dulu pernah kita lakukan. Kita bisa mulai berpikir seperti yang Dia lakukan.
Cara lain untuk melihat ini adalah dengan menunjuk pada janji Allah melalui Yehezkiel: “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam  batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya. Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.” (Yehezkiel 36:26-28)
Allah memberikan janji itu melalui nabi ketika orang Yahudi berada dalam pengasingan di Babel. Dia ingin menunjukkan kepada mereka bahwa situasi mereka saat itu bukanlah akhirnya.
Mereka telah berdosa dan gagal dalam setiap cara, tetapi Allah tidak akan meninggalkan mereka. Sebaliknya, Dia akan mengubah mereka. Dia akan memberi mereka semangat baru — Roh Kudus-Nya.
Ketika kita memiliki Roh Kudus yang hidup dan aktif dalam diri kita, pikiran Kristus sedang bekerja. Pikiran Kristus diberikan kepada kita untuk mengarahkan kita kepada jalan yang benar. Jika kita memiliki pikiran-Nya, kita akan berpikir positif. Kita akan berpikir tentang bagaimana diberkatinya kita — betapa baik Tuhan  kepada kita. Sangat penting untuk menjadi positif, saya tidak akan pernah merasa cukup untuk  berbicara tentang kekuatan dalam menjadi positif.
Yesus bersikap positif, meskipun dibohongi, kesepian, disalahpahami, dan banyak  hal negatif lainnya yang Dia alami.
Dia ditinggalkan oleh murid-murid-Nya saat Dia paling membutuhkan mereka, namun  Dia tetap positif — selalu mampu mempunyai suatu semangat dan kata-kata yang  menguatkan. Hanya berada di hadirat-Nya akan membuat semua ketakutan, pikiran negatif, dan
keputusasaan mengecil dan akhirnya menguap.
Pikiran Kristus di dalam kita adalah positif. Jadi ketika kita jatuh dalam kesempatan untuk menjadi negatif tentang sesuatu,
kita harus segera memahami bahwa kita tidak beroperasi dengan pikiran Kristus. Tuhan ingin kita selalu dikuatkan.
Itu adalah musuh jiwa kita yang ingin kita merasa tertekan — depresi. Tidak mungkin menjadi depresi tanpa menjadi negatif.
Kita memiliki banyak kesempatan untuk mempunyai pikiran negatif, tapi itu bukan pikiran Kristus yang bekerja di dalam kita.
Kita tidak harus menerima pikiran-pikiran itu. Mereka bukan milik kita!
Setiap situasi yang terjadi memberikan kita kesempatan untuk membuat pilihan. Sudah jelas, tentu saja bahwa kita dapat memilih yang baik atau yang buruk.
Apa yang sering kita lupakan adalah bahwa kita telah memilih yang buruk atau yang salah tanpa menyadarinya. Kita mengikuti pola yang lama atau pikiran lama kita dan bukan pikiran Kristus.
Sebagaimana Allah berjanji kepada orang-orang Yahudi melalui nubuatan Yehezkiel, Dia akan memberi kita hati yang baru dan semangat baru, tapi kita masih memiliki kekuatan untuk memilih pikiran yang mana yang ingin kita ikuti.
Memiliki pikiran Kristus adalah memilih untuk menjadi positif dalam segala situasi kehidupan, dengan demikian kita berada di dalam jalur yang benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar